Wakil Kepala Badan Pembinaan Pancasila (BPIP) Prof. Dr. Hariyono, M.Pd: memaparkan Materi Pancasila Dalam Menangkal Paham Radikalisme dan Intoleransi Serta Penguatan Idiologinya
Reportasebhayangkara.com
JAKARTA – Wakil Kepala Badan Pembinaan Pancasila (BPIP) Prof. Dr. Hariyono, M.Pd memberikan pemaparan materi pemahaman Pancasila dalam Menangkal Paham Radikalisme dan Intoleransi serta Penguatan Idiologi Negara dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara
“Pancasila yang penuh dengan nilai-nilai luhur yang bisa menyatukan semua elemen bangsa dan memberikan orientasi kehidupan berbangsa dan bernegara hanya dapat terwujud saat warga negara Indonesia, khususnya generasi muda dan lebih khusus lagi mahasiswa mampu menjadi pelopor dan inovator dalam menyatukan dan memajukan bangsa”
Hal itu di sampaikan dalam kegiatan Diskusi “Menangkal Paham Radikalisme dan Intoleransi serta Penguatan Idiologi Negara dalam kehidupan Berbangsa dan Bernegara” yang di selenggarakan oleh Polda Metro Jaya dalam acara Bina Kamtibmas Dit Intelkam Polda Metro Jaya pada 17 Mei 2022 lalu di Magzi Ballroom Grand Kemang.
Prof. Hariyono juga menambahkan bahwa Pancasila sebagai Ideologi harus terkandung dalam setiap perundang undangan yang di buat.
“Dalam tatanan negara maka Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara Indonesia. Dalam arti setiap peraturan dan perundang-undangan negara mesti berpedoman pada nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya. Peraturan dan kebijakan pemerintah tidak diperbolehkan bertentangan dengan Pancasila”
Wakil Kepala Badan Pembinaan Ideologi Pancasila itupun menyoroti tentang pentingnya Aparat Pemerintah dan Negara ada yang mulai meninggalkan nilai Pancasila.
“Pancasila sebagai ideologi negara sekaligus sebagai sumber hukum di atas sumber hukum negara. Pancasila sebagai ideologi negara sangat luas penerapannya bagi individu. Para aparat pemerintah dan negara mesti bersikap sesuai dengan nilai dan asas Pancasila. Walaupun demikian, sebagian aparat pemerintah mulai meninggalkan nilai-nilai Pancasila.”
Ketika ditanya tentang adanya perpecahan antara masyarakat tentang pemimpin dalam kontestasi pemilu, beliau menjawab dengan tegas untuk menyikapi proses demokrasi ini sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dalam Pancasila.
“Pemilih pemula seharusnya dapat mengerti bagaimana cara menyikapi proses demokrasi ini sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa dalam Pancasila. Menjelang pesta demokrasi 2024 kita perlu memperkuat dan mendewasakan diri kita dalam berdemokrasi bukan malah merusak negara dan bangsa yang kita cintai”, Perlu disadari pemilu adalah ujian kebersatuan yang harusnya berhenti ketika pesta demokrasi selesai, perbedaan latar belakang, pikiran dan sudut pandang seharusnya memperkaya pola pikir kita, bukan halangan untuk maju. Karenanya kita wajib memilih dengan cerdas dan memberi dampak positif pada negara dan jangan berlarut pada afeksi terhadap subjek yang dipilih, namun berdampak negatif terhadap persatuan dan kesatuan negara”
(Red).